Sekarang Islam telah hampir berusia 15 abad, dan ajarannya
ini telah merebak keseluruh penjuru dunia. Meskipun demikian, dengan kemayoritasannya
itu, kaum muslimin masih sering di jadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan,
dan eliminasi (pemusnahan massal). Penindasan dan pemerkosaan, hak itu
dilakukan musuh-musuh Islam baik secara komunal/kelompok, maupun mendapat restu
dari pemerintah yang berkuasa. Hal ini banyak di lakukan di beberapa negara yang
minoritas muslim maupun mayoritas Muslim sekalipun [1]
Keadaan kaum Muslimin di Bulgaria, Albania, Tunisia, India,
Palestina, Filiphina, Aljazair, Burma (Myanmar), Thailand, Mali, Afrika,
Suriah, Irak, Indonesia, Iran, dan lain-lain merupakan korban-korban kekejian
kaum kuffar terhadap kaum Muslimin dewasa ini.
Dipenghujung abad ke-16 M, bangsa Barat dibawah panji-panji
imperialisme mulai melakukan kekejaman bersejarah terhadap Dunia Islam.
Rekayasa kotor ini merupakan kelanjutan Perang Salib yang pernah terjadi pada
1096 – 1273. Mereka merebut bumi kaum Muslimin satu persatu dengan cara-cara
yang tidak manusiawi dan dengan politik yang memecah belah antar negara Islam.
“Gospel, Gold, dan Glory” adalah semboyan mereka untuk menguasai negeri-negeri
kaum Muslimin. Indonesia, Aljazair, Libya, Tunisia, Marokko, Sudan, dan
lain-lain merupakan negeri-negeri kaum Muslimin yang menjadi korban penjajahan
Barat atas Dunia Islam, telah hampir di kuasai barat sepenuhnya.
Akibatnya terjadilah eksploitasi sumber daya manusia dan
alam secara besar-besaran ke negara Barat. Penghisapan yang berkepanjangan ini,
selain menyebabkan kemiskinan struktural yang sampai dewasa ini masih
dirasakan, juga menyebabkan kebodohan dan ketidakberdayaan kaum Muslimin di
Dunia Islam.
Selain itu, Barat dengan segala upayanya, juga mengekspor
ideologis kebangsaannya, yang hingga kini masih mewarnai geopolitik Dunia
Islam. Yaitu Faham Nasionalisme Kebangsaan (Ashabiyah) atas Dunia Islam. Di
samping Barat juga menempatkan bom waktu-bom waktu berupa pemisahan batas-batas
teritorial antar negara Islam, yang sewaktu-waktu dapat meledak.
Akibat politik Barat yang busuk dan memecah belah Dunia
Islam itu, kini Dunia Islam menghadapi problema sosial politik yang amat
krusial dan rumit. Terpisah-pisahnya Dunia Islam dalam “frame” kebangsaan,
“state”, politik, kepentingan, dan batas-batas wilayah, merupakan problem yang
menggejala di Dunia Islam.
Klimaks dari penjajahan yang bertahun-tahun itu, ialah
terhapusnya ke Khalifahan Utsmaniyah di Turki yang merupakan satu-satunya
Khilafah Islam terakhir ini, pada Maret 1924, dan berdirinya Negara Yahudi
Israel pada tahun 1948. Sejak saat itu Dunia Islam tidak pernah lagi mempunyai
ke Khalifahan Islam hingga kini.
Pada pertengahan abad ke-20, Dunia Islam kembali mendapatkan
kemerdekaan, baik itu melalui peperangan kemerdekaan mengusir penjajah Barat
maupun melalui pemberian kemerdekaan. Meskipun demikian ketergantungan Dunia
Islam pada Barat sampai dewasa ini masih mewarnai sejarah. Abul A’la al-Maududi
mengatakan: "…. Masa depan Dunia Islam seluruhnya tergantung dari sikap
kaum Muslimin untuk menerima ajaran Islam secara lengkap. Sangat di sayangkan,
apabila sikap munafik dewasa ini dan politik anti Islam yang terus menerus di
usahakan, saya khawatir kaum Muslimin yang baru saja mendapatkan kembali
kemerdekaan mereka untuk waktu lama, cepat atau lambat, mereka akan jatuh
kedalam perbudakan dan kepada keadaan yang lebih buruk dari keadaan mereka
dewasa ini. Cengkeraman bahaya itu hanya dapat dicegah melalui satu keyakinan
(iman), dan menerima sepenuhnya Islam sebagai pandangan hidup (way of life) [2]
Visi penjajahan berikutnya yang dicanangkan Barat atas Dunia
Islam berupa neo kolonialisme. Barat melakukan “trik-trik” kolonialisme baru
melalui penetrasi peradaban, kebudayaan, ekonomi, dan politik, serta reformasi
nilai-nilai untuk menjauhkan kaum Muslimin dari ajaran Islam yang asasi yaitu
Al-Qur’an dan Al-Sunnah . Hal ini menyebabkan pembaratan di segala bidang di
masyarakat Islam. Serangan kultural ideologi ini, yang berbaju moderenisasi,
globalisasi, dan industrialisasi dan lain-lain, hingga kini semakin di rasakan
imbasnya pada masyarakat kaum Muslimin. “West minded” banyak dijadikan kerangka
acuan negara-negara mayoritas Islam dalam membangun tatanan kehidupan masyarakat
baru.
Padahal Barat dalam hal ini Komunisme dan Kapitalisme telah
jelas-jelas mengalami kegagalan dalam mereformasi tatanan masyarakat baru dalam
dasawarsa 70 tahun lebih terakhir ini. Munculnya beragam penyakit-penyakit
sosial yang berjangkit di masyarakat semisal merebaknya pelacuran, prostitusi
liar, AIDS/HIV, korupsi, manipulasi, kejahatan narkotika, dan lain-lainnya
merupakan indikasi yang tak terbantahkan dari kegagalan Barat dalam mereformasi
tatanan masyarakat baru.
[1]Future Monthly, May 1986, Saudi Arabia
[2] Abu A’laa al-Maududi, Islam Today, (Kuwait, Dar
al-Qalam, 1968, hal. 62)
No comments:
Post a Comment