Wednesday, 12 February 2014

KEMBALI KEPADA SALAF



Berbagai cara dan aliran pemahaman non Islam telah di coba oleh umat Islam untuk memperjuangkan nasib dirinya. Akan tetapi semua cara yang telah di coba tersebut menambah kacau dan bingungnya Umat Islam, bahkan semakin jauhnya mereka dari agama Allah dan Hidayah-Nya. Oleh sebab itu satu-satunya jalan yang tersedia bagi umat Islam untuk menyelesaikan masalahnya, tidak lain kecuali kembali kepada apa yang dipahami dan di contohkan oleh Salafus Shalih. Mereka telah di muliakan oleh Allah swt. di muka bumi dan diturunkan kemenangan dari-Nya kepada mereka. Juga mereka ini telah di jadikan teladan terbaik bagi umat ini. Karena kepada kehidupan merekalah umat Islam menemukan bukti, bahwa Islam adalah agama yang dapat di praktekan dalam kehidupan sehari-hari dan bila di praktekan dapat melahirkan kebahagiaan kehidupan masyarakat di dunia dan masyarakat di dunia dan di akhirat di nanti kebahagiaan lainnya yang abadi.
Ibnu Mas’ud menasihatkan: “Barangsiapa yang ingin menempuh jalan hidup, maka sebaiknya menempuh jalan hidupnya orang yang telah mati: Yaitu para sahabat Nabi Muhammad saw. mereka ini adalah sebaik-baik manusia di umat ini, dan sebaik-baik hati, dan sedalam-dalam ilmu, serta sedikit-sedikit kekurangan, mereka ini adalah kaum yang di pilih oleh Allah untuk menjadi sahabat Nabi-Nya dan memindahkan agamanya kepada generasi berikutnya, maka hendaklah kalian meniru akhlak mereka dan jalan hidup mereka, dan mereka ini di atas petunjuk yang lurus [1]
Abu Darda’ ra. menasihatkan: “Jadilah kamu sebagai orang Alim (yang berilmu agama) atau orang yang belajar (yakni belajar agama), atau sebagai orang yang mendengarkan keterangan agama atau orang yang cinta kepada ilmu agama dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, niscaya kamu akan binasa”, perawi bertanya: Siapakah orang kelima itu? Dijawab: “Orang yang kelima ialah para ahli bid’ah (yang tidak mengikuti sunnah Nabi saw. atau menyeleweng daripadanya” [2]
Lawan daripada jalan Salafus Shalih ialah jalan Ahlul Bid’ah.  Jalan Ahlul Bid’ah itu meliputi hal-hal berikut ini:

1. Manhaj (sistem) perjuangan. Yakni sistem memperjuangkan Islam haruslah meneladani Rasulullah saw. dan Salafus Shalih bagaimana mereka memperjuangkan Islam. Maka barangsiapa memakai manhaj perjuangan selain ini, berarti dia menempuh jalan Ahlul Bid’ah.

2. Manhaj pemahaman Islam. Yakni manhaj yang harus di ikuti untuk memahami Islam ialah manhaj Rasulullah saw. dan Salafus Shalih. Maka barangsiapa yang memakai manhaj lain, berarti mengikuti jalannya Ahlul Bid’ah.

3. Manhaj pengamalan Islam. Yakni manhaj yang harus di ikuti untuk mengamalkan Islam hanyalah manhaj Rasulullah saw. dan Salafus Shalih. Maka barangsiapa mengikuti manhaj lainnya berarti dia mengikuti  jalannya Ahlul Bid’ah. Oleh sebab itu para Ulama Salaf menasihati agar kita menjauhkan diri dari jalannya Ahlul Bid’ah serta menjauhkan diri dari orang-orang yang menjalani jalan bid’ah tersebut.

Imam Malik bin Anas rahimahullah menasihatkan: “Barangsiapa yang membuat sesuatu yang baru di umat ini (dalam hal yang berkaitan dengan agama), padahal perkara itu tidak pernah di jalankan oleh Salafus Shalih, maka sungguh dia telah menyangka bahwa Rasulullah saw. telah berkhianat terhadap agama ini, karena Allah swt. telah menyatakan: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu”, maka apa saja tidak di anggap bagian dari agama pada masa kini perkara tersebut di anggap bagian dari agama [3]

Al ‘Auza’I menasehatkan: “Bersabarlah engkau dalam menjalankan Sunnah (Sunnah Rasul saw. dan para Salafus Shalih ra.) Dan berhentilah kamu di mana saja mereka (Salafus Shalih) berhenti dan berkatalah seperti mereka berkata dan tahanlah dirimu pada apa yang mereka tahan dan tempuhalah jalannya Salafus Shalih niscaya kamu akan mendapatkan kelapangan sebagaimana mereka mendapatkan kelapangan [4]

Salah seorang Salaf menyatakan: “Janganlah kalian bergaul dengan para pengekor hawa nafsu atau orang yang suka mendebat, karena sesungguhnya aku khawatir kalian tenggelam dalam kesesatan mereka dan mengaburkan apa yang kalian telah ketahui” [5].

Sufyan Ats-Tsauri menyatakan: “Bid’ah itu lebih di cintai oleh Iblis daripada maksiat, karena kemaksiatan itu di harapkan pelakunya mau bertaubat” [6]

Dan masih banyak lagi nasehat para Ulama Salafus Shalih yang mengingatkan kita kepada dua hal:

1. Kita harus berpegang teguh dalam ber-Islam ini dengan cara Salafus Shalih baik cara memahaminya, cara mengamalkannya maupun cara memperjuangkannya.

2. Kita harus menjauhkan diri dan Umat kita dari Bid’ah baik dalam memahami, mengamalkan maupun memperjuangkan agama ini. Karena bid’ah itu hanyalah merusakan pemahaman, pengalaman maupun perjuangan kita.

Semoga Allah swt. memberikan petunjuk kepada kita semua untuk memahami, mengamalkan, dan memperjuangkan agama-Nya sesuai dengan Salafus Shalih serta menjauhkan kita semua dari pemahaman pengalaman dan perjuangan Ahlul Bid’ah terhadap agama-Nya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin..


[1] Syarhus Sunnah, al-Baghawi jilid 1hal. 214, di nukil dari al-Wala’wal Bara’, Muhammad bin Said al-Qahthani, hal. 143, Darut Thayyibah Riyadh–Saudi Arabia , cet. Ke 3 th. 1409 H
[2] Al-Ibanah An-Syariatil Firaqin Najiyah wa Mujahabatul Firaqil Madzmumah, Syekhul Imam Abu Abdillah Ubaidillah bin Muhammad bin Batthah al-Akbari al-Hambali, jilid 1 hal. 314, Darur Rayah, cet. 1 th. 1409-1988 M
[3] Al-I’tisham, jilid 2 hal. 53 di nukil dari al Wala’wal Bara’, Muhammad Said al Qahthani, hal. 143
[4] Talbis Iblis, Abul Faraj Ibnul Jauzi, hal. 11, Nurul Dolam – Beirut  - Lebanon, tanpa tahun
[5] Syarhus Sunnah, Al-Baghawi jilid 1 hal. 227 di nukil dari al Wala’wal Bara’ Muhammad bin Said Al-Qahthani , hal. 144
[6] Ibid hal.143

No comments: