Wednesday, 5 February 2014
BUKTI-BUKTI SYIAH ADALAH KAUM MUNAFIK
SYIAH MAJUSI MERUBAH STRATEGI DARI PERANG SETELAH TERKALAHKAN OLEH ISLAM MENJADI MUNAFIK DAN TAQIYAH.
-MEREKA MEMBUNUH AMIRUL MUKMININ ra
-MEREKA MENGHINA UMMUL MUKMININ ra.
-DAN MEREKA MUNAFIK DAN TAQIYAH TERHADAP AHLIL BAIT.
Berikut pernyataan ahlil bait:
“Bukan termasuk golongan kami mereka yang (meratapi kematian dengan) menampar-nampar pipi, merobek-robek saku baju, dan mengucapkan kalimat-kalimat ala jahiliyah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
-Ali bin Husein (putra Husein bin Ali)-
1.Ali bin Husein menyaksikan langsung bagaimana ayahnya, Husein bin Ali, tewas di Karbala.
Ketika memasuki kota Kufah setelah ayahnya tewas, ia mengatakan, “Wahai orang-orang Kufah, aku bersumpah kepada Allah, sadarkah kalian bahwa kalian telah menulis surat (janji berbaiat pen.) kepada ayahku namun kalian menipunya?! Kalian memberinya janji dan baiat, tapi kalian sendiri membunuhnya?! Celakalah kalian! Apa yang akan kalian perbuat dan apa yang ada di benak kalian ketika kalian dipertemukan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (di akhirat)?! Ketika beliau mengatakan, ‘Kalian bunuh darah dagingku! Kalian nodai kehormatanku! Kalian bukanlah umatku!’ (al-Ihtijaj oleh ath-Thabrasi, Hal. 32).
Suatu hari, Ali bin Husein melwati sekelompok orang yang menangisi dan meratapi kematian Husein dan keluarganya. Lalu karbala 1ia mengatakan, “Kalian meratapi dan menangisi kami (ahlul bait)? Siapakah yang membunuhi kami?” (al-Malhuf, Hal. 68)
2.Ummu Qultsum binti Ali (saudara perempuan Husein)
Ummu Qultsum mengatakan, “Wahai penduduk Kufah, keburukan bagi kalian. Mengapa kalian berkhianat kepada Husein lalu membunuhnya?!” (Nafasu al-Mahmum, Hal. 363).
3.Zainab bin Ali (saudara perempuan Husein)
Ketika melihat penduduk Kufah (Irak) menangis dan meratap, ia mengatakan, “Diamlah kalian wahai penduduk Kufah! Laki-laki dari kalangan kalian yang membunuh namun perempuan-perempuan kalian yang menangisi?! Pemberi keputusan di hari urusan-urasan diselesaikan (hari kiamat pen.) antara kami (ahlul bait) dan kalian adalah Allah.” (Nafasu al-Mahmum, Hal. 365).
*BAHKAN SYIAH SENDIRI JUGA TAK BISA MEMUNGKIRI HAL YG TERTULIS DALAM BUKU MEREKA YG TERBUKTI MEREKALAH PELAKUNYA.
Murtadha al-Muthahhiri -seorang filosof Syiah- mengatakan, “Tidak diragukan lagi, bahwasanya penduduk Kufah adalah Syiah-nya Ali dan orang-orang yang membunuh Imam Husein adalah Syiah-nya sendiri.” (Malhamatu al-Huseiniyah, Jilid: 1, Hal. 126). Ia juga mengatakan, “Husein itu terbunuh di tangan umat Islam sendiri, yakni di tangan orang-orang Syiah. Hanya berselang 50 tahun saja setelah wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Malhamatu al-Huseiniyah, Jilid: 3 Hal. 64).
Husein bin Ahmad al-Buraqi an-Najafi mengatakan, “Diantara kejahatan penduduk Kufah adalah, mereka menghina Hasan bin Ali ‘alaihissalam dan membunuh Husein ‘alaihissalam, setelah mereka mengundang Husein (ke Kufah).” (Tarikh Kufah, Hal. 113).
Pengakuan Syiah pembunuh-pembunuh Sayyidina Husain ini diabadikan oleh ulama-ulama Syiah yang merupakan tunggak dalam agama mereka seperti Baqir Majlisi, Nurullah Syustri, dan lain-lain di dalam buku mereka masing-masing. Baqir Majlisi menulis :
“Sekumpulan orang-orang Kufah terkejut oleh satu suara ghaib. Maka berkatalah mereka, “Demi Tuhan! Apa yang telah kita lakukan ini tak pernah dilakukan oleh orang lain. Kita telah membunuh “Penghulu Pemuda Ahli Surga” karena Ibnu Ziad anak haram itu. Di sini mereka mengadakan janji setia di antara sesama mereka untuk memberontak terhadap Ibnu Ziad tetapi tidak berguna apa-apa.” (Jilaau Al ‘Uyun, halaman 430).
Qadhi Nurullah Syustri pula menulis di dalam bukunya Majalisu Al Mu’minin bahwa setelah sekian lama (lebih kurang 4 atau 5 tahun) Sayyidina Husain terbunuh, ketua orang-orang Syiah mengumpulkan orang-orang Syiah dan berkata,
“Kita telah memanggil Sayyidina Husain dengan memberikan janji akan taat setia kepadanya, kemudian kita berlaku curang dengan membunuhnya. Kesalahan kita sebesar ini tidak akan diampuni kecuali kita berbunuh-bunuhan sesama kita.” Dengan itu berkumpullah sekian banyak orang Syiah di tepi Sungai Furat sambil mereka membaca ayat yang bermaksud, “Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang telah menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu.” (Al Baqarah: 54). Kemudian mereka berbunuh-bunuhan sesama sendiri. Inilah golongan yang dikenali dalam sejarah Islam dengan gelar “At Tawaabun.”
Sejarah tidak lupa dan tidak akan melupakan peranan Syits bin Rab’i di dalam pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala. Tahukah Anda siapa itu Syits bin Rab’i? Dia adalah seorang Syiah tulen, pernah menjadi duta pada Sayyidina Ali di dalam peperangan Shiffin, senantiasa bersama Sayyidina Husain. Dialah juga yang menjemput Sayyidina Husain ke Kufah untuk mencetuskan pemberontakan terhadap pemerintahan pimpinan Yazid, tetapi apakah yang telah dilakukan olehnya?
Sejarah memaparkan bahwa dialah yang mengepalai 4.000 orang bala tentera untuk menentang Sayyidina Husain dan dialah orang yang mula-mula turun dari kudanya untuk memenggal kepala Sayyidina Husain. (Jilaau Al Uyun dan Khulashatu Al Mashaaib, halaman 37)
Adakah masih ada orang yang ragu-ragu tentang Syiah-nya Syits bin Rab’i dan tidakkah orang yang menceritakan perkara ini ialah Mullah Baqir Majlisi, seorang tokoh Syiah terkenal? Secara tidak langsung ia bermakna pengakuan dari pihak Syiah sendiri tentang pembunuhan itu.
Lihatlah pula kepada Qais bin Asy’ats, ipar Sayyidina Husain, yang tidak diragui tentang Syiahnya tetapi apa kata sejarah tentangnya? Bukankah sejarah menjelaskan kepada kita bahwa itulah orang yang merampas selimut Sayyidina Husain dari tubuhnya selepas selesai pertempuran? (Khulashatu Al Mashaaib, halaman 192)
*DAN INGATLAH:
“Saya pernah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Akan dipancangkan bendera untuk setiap orang yang curang (membatalkan bai’atnya) pada hari kiamat. Sesungguhnya kita telah berbai’at kepadanya dengan nama Allah dan RasulNya. Sesungguhnya saya tidak mengetahui kecurangan yang lebih besar dibandingkan kita berbai’at kepada seseorang dengan nama Allah dan RasulNya, kemudian kita bangkit pula memeranginya. Kalau saya tahu ada siapa saja dari kamu membatalkan bai’at kepadanya, dan turut serta di dalam pemberontakan ini, maka terputuslah hubungan di antaraku dengannya.” (Shahih Bukhari – Kitabu Al Fitan).
Sayyidina Husain berkata dengan menujukan kata-katanya kepada orang- orang Syiah Kufah yang siap sedia bertempur dengan beliau:
“Wahai orang-orang Kufah! Semoga kamu dilaknat sebagaimana dilaknat maksud- maksud jahatmu. Wahai orang-orang yang curang, zalim, dan pengkhianat! Kamu telah menjemput kami untuk membela kamu di waktu kesempitan tetapi bila kami datang untuk memimpin dan membela kamu dengan menaruh kepercayaan kepadamu maka sekarang kamu hunuskan pedang dendammu kepada kami dan kamu membantu musuh-musuh di dalam menentang kami.” (Jilaau Al Uyun, halaman 391).
Beliau juga berkata kepada Syiah:
“Binasalah kamu! Bagaimana boleh kamu menghunuskan perang dendammu dari sarung-sarungnya tanpa sembarang permusuhan dan perselisihan yang ada di antara kamu dengan kami? Kenapakah kamu siap sedia untuk membunuh Ahlul Bait tanpa sembarang sebab?” (Ibid).
SEMOGA BERMANFAAT.
Labels:
Syi'ah