Monday 17 March 2014

MENJAWAB FITNAH KRISTEN TENTANG PEMBUKUAN AL-QUR'AN


“Sebaik-baik manusia adalah zamanku, dan kemudian setelahnya, dan kemudian setelahnya.” (HR. Bukhari No. 2509, 3451, 6065, 6282. Muslim No. 2533. At Tirmidzi No. 2320, dari Imran bin Al Hushain)

“Jangan kalian cela para sahabatku, seandainya salah seorang kalian menginfakkan emas sebesar Uhud itu tidak akan bisa menyamai satu mud-nya mereka bahkan setengahnya.” (HR. Bukhari No. 3470. Muslim No. 2540. At Tirmidzi No. 3952)

Islam adalah agama sempurna, salah satunya tidak mungkin mempertahankan bentuk keaslian  dan kesakralan tanpa ada jaminan terhadap keontentikan Al-Qur’an. Akan tetapi musuh-musuh Islam senantiasa ingin meruntuhkan Islam dengan segenap cara. Contohnya seperti gambar dibawah ini:


Mereka ingin mengarahkan tikaman langsung ke arah jantung kepercayaan (akidah) umat Islam. Jika kepercayaan terhadap Al-Qur’an ini runtuh, tidak ada lagi yang bisa dipertahankan dari Islam.Salah satu usaha yang mereka lakukan adalah menebar keraguan terhadap Al-Qur’an adalah memberikan persepsi yang lemah dan kabur mengenai sejarah pembukuan Al-Qur’an.

Hadits yang si Orkis sampaikan itu benar, tapi yang salah adalah cara penafsirannya yang dangkal, perhatikan baik-baik:

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isa'il dari Ibrahim bin Sa'd Telah menceritakan kepada kami Ibnu Syihab dari Ubaid bin As Sabbaq bahwa Zaid bin Tsabit radhiallahu 'anhu, ia berkata; Abu Bakar mengirim para korban perang Yamamah kepadaku, dan ternyata Umar bin Al Khaththab ada di sisinya. Abu Bakar radliallahu 'anhu berkata, "Sesungguhnya Umar mendatangiku dan berkata, 'Mayoritas korban perang Yamamah adalah para penghafal Al Qur`an. Dengan gugurnya mayoritas penghafal Al Qur`an, maka aku khawatir sebagian besar Al Qur`an juga akan hilang. Maka aku berpendapat, sebaiknya Anda segera memerintahkan guna melakukan dokumentasi alquran.' Maka aku pun bertanya kepada Umar, 'Bagaimana kamu akan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? ' Umar menjawab, 'Perkara ini, demi Allah adalah ide yang baik.' Umar selalu membujukku hingga Allah memberikan kelapangan dadaku, dan akhirnya aku sependapat dengan Umar." Zaid berkata; Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya kamu adalah seorang pemuda yang cerdas, kami sama sekali tidak curiga sedikit pun padamu. Dan sungguh, kamulah yang telah menulis wahyu untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Karena itu, telusurilah Al Qur`an dan kumpulkanlah." Zaid berkata, "Demi Allah, sekiranya mereka memerintahkanku untuk memindahkan gunung, niscaya hal itu tidaklah lebih berat daripada apa yang mereka perintahkan padaku, yakni dokumentasi alquran." Zaid bertanya, "Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Ia menjawab, "Demi Allah, itu adalah kebaikan." Abu Bakar terus membujukku, hinnga Allah pun memberikan kelapangan dadaku, sebagaimana Abu Bakar dan Umar radliallahu 'anhuma. Maka aku pun mulai menelusuri Al Qur`an, mengumpulkannya dari tulang-tulang, kulit-kulit dan dari hafalan para Qari`. Dan akhirnya aku pun mendapatkan bagian akhir dari surat At Taubah bersama Abu Khuzaimah Al Anshari, yang aku tidak mendapatkannya pada seorang pun selainnya. Yakni ayat: 'Sungguh, telah datang pada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, yang sangat berat olehnya kesulitan yang menimpa kalian..'" hingga akhir surat Al Bara`ah. Lembaran-lembaran Al Qur`an itu pun tetap tersimpan pada Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. Kemudian beralih kepada Umar semasa hidupnya, lalu berpindah lagi ke tangan Hafshah binti Umar radliallahu 'anhu. Lalu berpindah lagi ke tangan Hafshah binti Umar radliallahu 'anhu.
Lihatlah bagaimana Allah memelihara Al-Qur'an melalui para shahabat Rasulullah yang mulia!
Dan perhatikan metode pengumpulan Al-Qur'an dibawah ini :
 
Inilah metode pengumpulan Al-Qur’an.

Pertama, panitia melakukan pengumuman kepada seluruh shahabat ra di Madinah (jumlah mereka belasan ribu). Umar ra berseru kepada semua orang: “siapa yang telah mengambil Al Qur’an dari Rasulullah maka hendaklah ia datang dengannya!”.[1] Diriwayatkan juga bahwa Bilal bin Rabah ra berkeliling kota untuk mencari shahabat ra yang memiliki dokumen Al Qur’an.[2] Jadi ini merupakan proyek massal yang terbuka dan diikuti oleh seluruh shahabat. Sehingga tidak bisa disebut sebagai “mush-haf versi penguasa”.

Kedua, panitia duduk di depan masjid, kemudian hanya menerima sesuatu yang padanya terkumpul padanya tiga syarat, yakni:
•         Berupa dokumen tertulis
•         Apa yang ditulis itu telah dikenal dan dihafal oleh banyak shahabat
•         Disertai dua saksi yang menyaksikan bahwa dokumen itu memang ditulis di hadapan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallama. [3]


Bukanlah suatu hal yang aneh jika ada individu-individu shahabat ra ada yang mengira sesuatu yang ada padanya (berupa catatan) itu adalah Al Qur’an, padahal bukan. Atau bisa jadi ada yang mengira bahwa hafalannya lengkap, ternyata tidak lengkap. Maka ditetapkanlah kriteria yang semacam itu. Oleh karena itu, panitia sempat menolak informasi Umar ra tentang ayat rajam. Juga menolak informasi Ummul Mukminin Hafshah radliyallahu ‘anha mengenai frase “wa shalaatil `ashr” di belakang kalimat “haafidhuuna `alaa shalawaati wustho”, Juga tidak dimasukkannya kata wadzdzakari wal untsaa yang di informasikan oleh Abu Darda’ ra setelah kalimat “wallaili idzaa yaghsyaa”. Juga tidak memasukkan kata “muttatabi’at” yang diriwayatkan oleh Ubay bin Kaab ra diantara fashshiyaamu tsalaats ayaam dan fii kifaarat al yamiin.[4]


Bagaimana pun juga, hasil kompilasi yang dilakukan oleh panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit ra merupakan suatu hal yang kuat, bahkan benar secara pasti, di tinjau dari metode yang digunakan. Sebab, apa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang diperkuat oleh kesaksian orang banyak. Maka jika riwayat-riwayat tentang ke-”anomali” -an teks yang dimiliki sebagian shahabat ra itu benar, maka tentu saja kesaksian orang banyak lebih diunggulkan. Karena sangat mungkin anomali itu terjadi karena faktor human error pada individu. Oleh karena itu, para sahabat ra secara keseluruhan menerima mush-haf yang merupakan hasil usaha bersama mereka itu.

Ketiga, panitia menyalin semua ragam dokumen yang sah. Ayat-ayat yang memilikii dua bentuk penulisan disalin juga dalam dua bentuk. Misalnya, Al Hadid 24 ditulis dengan dua bentuk: “fa innallaha ghiniyyul hamiid” dan “wa innallaha ghoniyyul hamiid”, juga Asy-syams 15: wa laa yakhoofu `uqbaahaa” dan “fa laa ya khoofu `uqbaahaa“. Kedua bentuk ini dinilai setara, sama-sama berasal dari Nabi shollallaahu ‘alaihi wa sallama, dari Jibril as, dari Allah SWT. oleh karena itu, menurut A’zami, panitia menuliskannya pada dua lembar yang berbeda, bukan salah satu ditempatkan di tubuh teks sementara yang lain dalam cacatan pinggir.[5] DENGAN DEMIKIAN TIDAK ADA WAHYU YANG TERCECER!!!!


Kemudian semua di satukan dan disimpan di kediaman Abu Bakar radliyallahu ‘anhu Setelah Abu Bakar ra maninggal, dokumen itu disimpan oleh Umar ra, kemudian disimpan oleh Ummul Mukminin Hafshah binti Umar radliyallahu ‘anha. ( www.muslim-menjawab.com )

[1] Ibid
[2] A’zami, op. Cit.
[3] Ash Shobuniy, At Tibyan; Al A’zami, Sejarah; An Nabhaniy, Syakhshiyah; As Suyuti, Al Itqon,
[4] Ramadlan, Absahkah
[5] Al A’zami. Op. Cit.

No comments: