Wednesday 12 February 2014

REFLEKSI SEJARAH KEDENGKIAN BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM


Sekarang Islam telah hampir berusia 15 abad, dan ajarannya ini telah merebak keseluruh penjuru dunia. Meskipun demikian, dengan kemayoritasannya itu, kaum muslimin masih sering di jadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, dan eliminasi (pemusnahan massal). Penindasan dan pemerkosaan, hak itu dilakukan musuh-musuh Islam baik secara komunal/kelompok, maupun mendapat restu dari pemerintah yang berkuasa. Hal ini banyak di lakukan di beberapa negara yang minoritas muslim maupun mayoritas Muslim sekalipun [1]

Keadaan kaum Muslimin di Bulgaria, Albania, Tunisia, India, Palestina, Filiphina, Aljazair, Burma (Myanmar), Thailand, Mali, Afrika, Suriah, Irak, Indonesia, Iran, dan lain-lain merupakan korban-korban kekejian kaum kuffar terhadap kaum Muslimin dewasa ini.

Dipenghujung abad ke-16 M, bangsa Barat dibawah panji-panji imperialisme mulai melakukan kekejaman bersejarah terhadap Dunia Islam. Rekayasa kotor ini merupakan kelanjutan Perang Salib yang pernah terjadi pada 1096 – 1273. Mereka merebut bumi kaum Muslimin satu persatu dengan cara-cara yang tidak manusiawi dan dengan politik yang memecah belah antar negara Islam. “Gospel, Gold, dan Glory” adalah semboyan mereka untuk menguasai negeri-negeri kaum Muslimin. Indonesia, Aljazair, Libya, Tunisia, Marokko, Sudan, dan lain-lain merupakan negeri-negeri kaum Muslimin yang menjadi korban penjajahan Barat atas Dunia Islam, telah hampir di kuasai barat sepenuhnya.

Akibatnya terjadilah eksploitasi sumber daya manusia dan alam secara besar-besaran ke negara Barat. Penghisapan yang berkepanjangan ini, selain menyebabkan kemiskinan struktural yang sampai dewasa ini masih dirasakan, juga menyebabkan kebodohan dan ketidakberdayaan kaum Muslimin di Dunia Islam.

Selain itu, Barat dengan segala upayanya, juga mengekspor ideologis kebangsaannya, yang hingga kini masih mewarnai geopolitik Dunia Islam. Yaitu Faham Nasionalisme Kebangsaan (Ashabiyah) atas Dunia Islam. Di samping Barat juga menempatkan bom waktu-bom waktu berupa pemisahan batas-batas teritorial antar negara Islam, yang sewaktu-waktu dapat meledak.

Akibat politik Barat yang busuk dan memecah belah Dunia Islam itu, kini Dunia Islam menghadapi problema sosial politik yang amat krusial dan rumit. Terpisah-pisahnya Dunia Islam dalam “frame” kebangsaan, “state”, politik, kepentingan, dan batas-batas wilayah, merupakan problem yang menggejala di Dunia Islam.

Klimaks dari penjajahan yang bertahun-tahun itu, ialah terhapusnya ke Khalifahan Utsmaniyah di Turki yang merupakan satu-satunya Khilafah Islam terakhir ini, pada Maret 1924, dan berdirinya Negara Yahudi Israel pada tahun 1948. Sejak saat itu Dunia Islam tidak pernah lagi mempunyai ke Khalifahan Islam hingga kini.

Pada pertengahan abad ke-20, Dunia Islam kembali mendapatkan kemerdekaan, baik itu melalui peperangan kemerdekaan mengusir penjajah Barat maupun melalui pemberian kemerdekaan. Meskipun demikian ketergantungan Dunia Islam pada Barat sampai dewasa ini masih mewarnai sejarah. Abul A’la al-Maududi mengatakan: "…. Masa depan Dunia Islam seluruhnya tergantung dari sikap kaum Muslimin untuk menerima ajaran Islam secara lengkap. Sangat di sayangkan, apabila sikap munafik dewasa ini dan politik anti Islam yang terus menerus di usahakan, saya khawatir kaum Muslimin yang baru saja mendapatkan kembali kemerdekaan mereka untuk waktu lama, cepat atau lambat, mereka akan jatuh kedalam perbudakan dan kepada keadaan yang lebih buruk dari keadaan mereka dewasa ini. Cengkeraman bahaya itu hanya dapat dicegah melalui satu keyakinan (iman), dan menerima sepenuhnya Islam sebagai pandangan hidup (way of life) [2]

Visi penjajahan berikutnya yang dicanangkan Barat atas Dunia Islam berupa neo kolonialisme. Barat melakukan “trik-trik” kolonialisme baru melalui penetrasi peradaban, kebudayaan, ekonomi, dan politik, serta reformasi nilai-nilai untuk menjauhkan kaum Muslimin dari ajaran Islam yang asasi yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah . Hal ini menyebabkan pembaratan di segala bidang di masyarakat Islam. Serangan kultural ideologi ini, yang berbaju moderenisasi, globalisasi, dan industrialisasi dan lain-lain, hingga kini semakin di rasakan imbasnya pada masyarakat kaum Muslimin. “West minded” banyak dijadikan kerangka acuan negara-negara mayoritas Islam dalam membangun tatanan kehidupan masyarakat baru.

Padahal Barat dalam hal ini Komunisme dan Kapitalisme telah jelas-jelas mengalami kegagalan dalam mereformasi tatanan masyarakat baru dalam dasawarsa 70 tahun lebih terakhir ini. Munculnya beragam penyakit-penyakit sosial yang berjangkit di masyarakat semisal merebaknya pelacuran, prostitusi liar, AIDS/HIV, korupsi, manipulasi, kejahatan narkotika, dan lain-lainnya merupakan indikasi yang tak terbantahkan dari kegagalan Barat dalam mereformasi tatanan masyarakat baru.


[1]Future Monthly, May 1986, Saudi Arabia
[2] Abu A’laa al-Maududi, Islam Today, (Kuwait, Dar al-Qalam, 1968, hal. 62)

No comments: